Tips Agar Mendapat Faedah di Bulan Ramadhan


Diambil dari : : Buletin Al Minhaj edisi 4/Tahun VI/28 Sya'ban 1432 H - 28 Juli 2011

Oleh : : Fajri NS


Kita menjadi orang yang beruntung di Bulan Ramadhan manakala Ramadhan menjadi ladang amal yang sangat subur bagi kita. Kita Tanam benih-benih amal shalih di dalamnya, kemudian kita menuai benih-benih amal yang kita tanam tersebut di akhirat kelak. Bahkan, bukan tidak mungkin manisnya buah dari benih-benih tersebut dapat kita rasakan di dunia ini, yaitu ketika kita merasakan ketenangan hati, puas dengan semua yang diberikan Allah dan senantiasa bergantung kepada Nya.

Berbeda dengan orang yang hanya menahan lapar, haus dan nafsunya tanpa disertai iman dan mengharap pahala dari puasanya, mereka tidaklah mendapatkan, kecuali hanya lapar dan dahaga saja. Sebagaimana sabda Nabi e di dalam hadits yang shahih, “Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi bagian (yang dia dapat) dalam puasanya hanyalah lapar dan haus.”

Tentunya kita tidak ingin menjadi orang yang seperti dikhabarkan Nabi e di atas, kita ingin menjadi orang yang bahagia dengan puasa ini yang merasakan kebahagiaannya ketika di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, kiranya beberapa point berikut ini penting untuk kita ketahui agar kita mendapatkan faedah dari puasa kita.

Pertama, Harus Ada Iman di Dalam Diri Kita Agar Amalan Ibadah Kita Diterima Allah Y
Berkata Imam ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rahimahullah, “Sesungguhnya seluruh amal perbuatan dan perkataan dinilai sah dan sempurna sesuai dengan apa yang ada di dalam hati pelakunya berupa keimanan dan keikhlasan. Oleh karena itu, Allah menyebutkan syarat ini yang dia merupakan pondasi semua amal, sebagaimana firman Allah, Maka barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, sedang dia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya.” (QS. Al Anbiyaa, 94) Yaitu, (maknanya) Allah tidak akan mengingkari (sahnya) amal shalih dan tidak pula menyia-nyiakan amal shalihnya, bahkan (pahala amalannya) akan dilipatgandakan sesuai dengan kekuatan imannya.

Dan Allah juga berfirman, ‘Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.’ (QS. Al Israa, 19) Sedang yang dimaksud dengan firman Allah, “… berusaha ke arah itu (akhirat) …” adalah mengamalkan segala apa yang dapat mengarahkan kepada akhirat dan mendekatkan kepada akhirat, berupa amal-amal yang Allah syari’atkan melalui lisan Nabi-Nya Muhammad e. Adapun, jika amalan telah kehilangan iman, meskipun orang yang beramal tersebut menghabiskan malam dan siangnya (untuk beramal), maka amalannya tidak diterima (karena tidak disertai iman). Allah berfirman, ‘Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagai) debu yang beterbangan.’ (QS. Al Furqan, 23) Yang demikian ini adalah karena amal-amal tersebut dibangun di atas selain iman kepada Allah dan Rasul-Nya e. Yang mana ruh dari iman tersebut adalah Al Ikhlash lil Ma’bud wal Mutaba’ah lir Rasul (Mengikhlaskan seluruh amal untuk Allah dan Mengikuti Rasulullah e dalam beramal). [Kitab At Taudhih wal Bayan lie Syajaratil Iman, hal. 46-47, Karya Imam ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rahimahullah]

Maka dari itu, kita yang akan memasuki Bulan Ramadhan, bulan penuh pahala bagi yang beramal ini, wajib meninggalkan segala hal yang dapat membatalkan keimanan kita, seperti perbuatan syirik, membenci ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad e, mencela ayat-ayat Al Qur-an, Hadits-hadits Nabi e dan lain-lain. Bagi siapa saja yang telah menyadari melakukan satu perbuatan dari pembatal-pembatal keimanan, maka hendaklah segera bertaubat.

Bahkan, Nabi e mensyaratkan adanya iman agar dosa kita yang telah lalu dihapuskan dengan sebab Puasa Ramadhan, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala, niscaya dihapuskan apa yang telah lalu dari dosanya.” [HR. Al Bukhari dan Muslim dalam Bahjatun Nadhirin (2/328)]

Ke-dua, Kita Harus Mengetahui Keutamaan-keutamaan yang Ada di Dalam Bulan Ramadhan
Para ulama mengatakan, bahwa agar kita semangat mengerjakan suatu amalan, maka hendaknya kita mengetahui fadhilah (keutamaan) amalan tersebut. Tentunya keutamaan amal tersebut berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur-an, maupun Hadits Shahih, bukan dengan hadits yang lemah, maupun palsu. Begitu juga kita yang akan memasuki Bulan Ramadhan, bulan penuh pahala bagi orang yang beramal. Maka, sudah sepantasnya kita berusaha mengetahui keutamaan-keutamaan yang ada di dalam bulan ini agar kita bersemangat dalam  beramal, sehingga dengannya kita mendapat pahala. Sedang, keutamaan yang dimaksud adalah keutamaan Bulan Ramadhan itu sendiri, maupun keutamaan orang yang beramal pada Bulan Ramadhan.

Beberapa Keutamaan Bulan Ramadhan
1.       Bulan Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi keberkahan, Allah turunkan Al Qur-an di dalamnya. Karena inilah, Bulan Ramadhan memiliki kelebihan dibandingkan dengan bulan yang lain.
Allah berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah, 185)
Maksudnya adalah permulaan Al Qur-an itu turun pada Bulan Ramadhan, tepatnya pada Malam Lailatul Qadar, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur-an) pada Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar).” (QS. Al Qadr, 1) Berkata Imam ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rahimahullah dalam kitab tafsirnya, “Yang demikian ini, karena sesungguhnya Allah Y memulai penurunan Al Qur-an pada (Bulan) Ramadhan, tepatnya pada Malam Qadr dan dengannya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya dengan rahmat (kasih sayang) yang menyeluruh, hingga para hamba tidak mampu mensyukurinya.” [Taisierul Kariemir Rahman fie Tafsieri Kalaamil Mannaan, hal. 1312]

2.       Pada Bulan Ramadhan Pintu Surga dibuka, Pintu Neraka ditutup dan sebagian syaithan dibelenggu, sehingga semangat beramal di bulan ini lebih besar dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya.
Dalilnya adalah sabda Nabi e, “Jika Ramadhan telah datang, dibukalah Pintu Surga, ditutup Pintu Neraka dan (sebagian) syaithan-syaithan dibelenggu.” [HR. Al Bukhari (4/112, Fathul Baari), Muslim (1079), Riyaadhush Shaalihien, hadits ke-1220]
Dalam riwayat yang lain disebutkan, bahwa yang dibuka adalah Pintu Langit, karena pada Bulan Ramadhan ini amal shalih yang diangkat ke langit sangatlah banyak. Disebutkan pula di dalam sebuah riwayat, bahwa yang dibuka adalah Pintu Rahmat, hikmahnya adalah dengan dibukanya Pintu Rahmat, maka rahmat turun ke muka bumi, yang dengan sebab rahmat tersebut manusia masuk Surga.
Ditutupnya Pintu Neraka, karena sedikitnya dosa dan maksiat di bulan ini. Adapun dengan dibelenggunya syaithan, maka kemaksiatan di muka bumi lebih sedikit dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, karena syaithan-syaithan tidak seleluasa menggoda manusia, sebagaimana di bulan-bulan yang lain.

Seandainya ada yang bertanya, “Jika memang syaithan-syaithan dibelenggu, mengapa masih kita dapati orang yang bermaksiat di Bulan Ramadhan?” Jawabannya, “Yang dibelenggu hanyalah sebagian syaithan, tidak semuanya. Atau, seandainya yang dibelenggu adalah semua syaithan, maka di sana masih ada sebab lain selain syaithan, yang dengannya timbul perbuatan maksiat, seperti jiwa yang busuk yang mengajak berbuat maksiat, kebiasaan yang buruk dan syaithan dari jenis manusia.” [Diringkas dari Bahjatun Nadhirin Jilid 2, hal. 328-329]

Keutamaan Orang yang Beramal pada Bulan Ramadhan
1.       Orang yang berpuasa ikhlash karena Allah akan dijauhkan dari Api Neraka.
Dari Abu Sa’id Al Khudry e, dia berkata, “Rasulullah e bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah (ikhlash), kecuali dengan hal itu Allah menjauhkan wajahnya dari Api Neraka sejauh tujuh puluh tahun di Hari Kiamat kelak.” [HR. Al Bukhari (6/47-Fathul Baari), Muslim (1153), Riyaadhush Shaalihien, hadits ke-1218]

2.       Pahala amal orang yang berpuasa dengan ikhlas dilipatgandakan tanpa batas.
Nabi e bersabda, “Setiap amal anak Adam dilipatgandakan satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan yang semisalnya, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasinya, dia meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku (ikhlash).’ Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Rabb-nya dan sungguh, perubahan bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari harumnya misk (kasturi).” [HR. Muslim, Riyaadhush Shaalihien, hadits ke-1215]

3.       Adanya kesempatan untuk mendapatkan Malam Lailathul Qadar.
Seandainya seseorang beramal bertepatan dengan Malam Qadr, maka dia seperti beramal seribu tahun lamanya. Hal ini, karena Malam Lailatul Qadr hanya ada di Bulan Ramadhan, yaitu pada sepuluh hari yang terakhir, sebagaimana dijelaskan Nabi e di dalam hadits-hadits yang shahih.
4.       Orang yang melaksanakan Shalat Tarawih dengan iman dan mengharap pahala, maka dia akan diampuni dosanya yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah t, bahwasanya Rasulullah e bersabda, “Barangsiapa yang berdiri (Shalat Tarawih) di Bulan Ramadhan dengan keimanan (terhadap wajibnya puasa dan disunnahkannya Shalat Tarawih) dan mengharap pahala, niscaya diampuni apa yang telah lalu dari dosa-dosanya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim dalam Bahjatun Nadhirin (2/305)]

Ke-tiga, Kita Harus Menjauhi Perbuatan-perbuatan yang Dapat Menghapuskan Pahala Puasa atau Mengurangi Pahala Puasa
Dari Abu Hurairah t, dia berkata, “Rasulullah e bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan segala perkataan yang menyimpang dari kebenaran dan mengerjakannya, serta (tidak meninggalkan) perbuatan bodoh, maka tidak lagi Allah butuh kepada usahanya meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Al Bukhari, Abu Dawud dalam Bulughul Maram, hadits ke-551]

Hadits ini menjelaskan, bahwa orang yang puasa, akan tetapi dia tidak meninggalkan perkataan yang menyimpang dari kebenaran, seperti dusta, ghibah, namimah (adu domba), persaksian palsu, celaan dan lain-lain, serta mengerjakan apa yang bisa merusak puasanya, maka sedikit pahala yang dia dapat dari puasanya itu dan puasanya tidak sempurna. Bahkan, dia telah melakukan pelanggaran yang besar, karena perbuatan-perbuatan di atas merupakan dosa besar di luar Ramadhan dan semakin besar pula larangannya di Bulan Ramadhan. Inilah makna, bahwa Allah tidak butuh lagi kepada puasa yang seperti itu, yaitu menunjukkan, bahwa besarnya pelanggaran yang dilakukannya. Karena memang pada dasarnya Allah tidaklah butuh kepada ibadah dari makhluknya. [Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram (3/548-549)]

Fajri NS

Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Majas

Ringkasan Materi Psikologi Perkembangan

Ilmu di Mata Imam Asy Syafi'i rahimahullah