Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan
Pengembangan Kurikulum
1.
Tujuan
filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan
tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan;
2.
Sosial
budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita;
3.
Perkembangan
peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik perkembangan peserta didik;
4.
Keadaan
lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal),
lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup
(bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis);
5.
Kebutuhan
pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi,
kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya;
6.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam
faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
1.
Filsafat
dan Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan mengandung
nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.
Filsafat pendidikan menjadi
landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta
perangkat pengalaman belajar yang bersifat mendidik.
Filsafat pendidikan dipengeruhi
oleh dua hal pokok, yakni:
a. Cita-cita masyarakat,
b. Kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai filsafat pendidikan
harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya
filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka pengembangan kurikulum.
Filsafat pendidikan sebagai sumber
tujuan. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang
atau masyarakat.
Dalam filsafat pendidikan
terkandung cita-cita tentang model manusia yang diharapakan sesuai dengan
nilai-nilai yang disetujui oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat
pendidikan harus dirumuskan berdasarkan kriteria yang bersifat umum dan
obyektif.
Hopkin dalam bukunya Interaction
The democratic Process, mengemukakan kriteria antara lain:
a. Kejelasan, filsafat/keyakinan harus jelas dan tidak
boleh meragukan;
b. Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan
yang akurat.
c. Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan
kehidupan individu.
2.
Sosial
Budaya dan Agama Yang Berlaku Di Masyarakat
Keadaan sosial budaya dan agama
tidaklah terlepas dari kehidupan kita.
Keadaan sosial budayalah yang
sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap
atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi sosial
yang membuat sseeorang untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang membatasi tingkah laku kita juga
sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.
3.
Perkembangan
Peserta Didik yang Menunjuk Pada Karateristik Perkembangannya
Setiap peserta didik pasti
mempunyai karateristik yang berbeda. Dengan keadaan peserta didik yang memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan, tentunya
juga ikut ambil bagian dalam melandasi terwujudnya kurikulum yang sesuai dengan
harapan. Kurikulum akan dibuat sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan
peserta didiknya.
4.
Kedaaan
Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu
sistem yang disebut ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan,
yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini.
Faktor-faktor dalam ekosistem
itu, meliputi:
a. Lingkungan manusiawi/interpersonal;
b. Lingkungan sosial budaya/kultural
c. Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna
d. Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan
sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki
sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi
pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya menusia (SDM), baik
dalam jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber
daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber daya alam (SDA). Jadi ada tiga sumber
daya yang terkait erat dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
5.
Kebutuhan
Pembangunan
Tujuan pokok pembangunan adalah
untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan
kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan
pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan
sejahtera.
Untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut, maka dilaksanakan proses pembangunan yang titik beratnya
terletak pada pembangunan ekonomi yang seiring dan didukung oleh pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas, serta upaya-upaya pembangunan di sektor
lainnya. Hal ini menunjuk pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan
sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri, yang bidang-bidang industri,
pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, pertambangan, kehutanan,
usaha nasional, pariwisata, pos dan telekomunikasi, koperasi, pembangunan
daerah, kelautan, kedirgantaraan, keuangan, transmigrasi, energi dan lingkungan
hidup (GBHN, 1993).
Gambaran tentang proses dan
tujuan pembangunan tersebut di atas sekaligus menggambarkan kebutuhan
pembangunan secara kesuluruhan. Hal mana memberikan implikasi tertentu terhadap
pendidikan di perguruan tinggi. Dengan kata lain, penyelenggaraan pendidikan di
perguruan tinggi harus disesuaikandan diarahkan pada upaya –upaya dan kebutuhan
pembangunan, yang mencakup pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan keilmuan dan
keahlian, yang bersifat mendukung ketercapaian cita-cita nasional, yakni suatu
masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera.
6.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Pembangunan didukung oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka mempercepat
terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa.
Dukungan iptek terhadap
pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat
mandiri, maju dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan dan
kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada beberapa hal yang dijadikan sebagai
dasar, yakni:
a. Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan
yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan
sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta
rekayasa dan produksi barang dan jasa;
b. Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas,
yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa;
c. Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan
nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan
lingkungan hidup;
d. Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya
peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan
pengembangan yang lebih tinggi;
e. Pembangunan iptek berdasarkan pada asas
pemanfaatannya yang dapat memberikan pemecahan masalah konkret dalam
pembangunan.
Penguasaan, pemanfaatan, dan
pengembangan ilmupengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan oleh berbagai pihak,
yakni:
a. Pemerintah
Yang mengembangkan dan
memanfaatkan iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala bidang.
b. Masyarakat
Yang memanfaatkan iptek itu
untuk pengembangan masyarakat dan mengembangkannya secara swadaya.
c. Akademisis
Terutama di lingkungan perguruan
tinggi, mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.
d. Pengusaha
Untuk kepentingan meningkatan
produktivitas.
Landasan Utama Pengembangan Kurikulum
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum,
yaitu:
1.
Landasan
Filosofis
Filsafat memegang peranan
penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat
Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme.
Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan
mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dengan merujuk kepada pemikiran
Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari
masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum, antara
lain:
a.
Perenialisme
Lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran
absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.
Essensialisme
Menekankan pentingnya pewarisan
budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk
hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
c.
Eksistensialisme
Menekankan pada individu sebagai
sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang
mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya
hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
d.
Progresivisme
Menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
e.
Rekonstruktivisme
Merupakan elaborasi lanjut dari
aliran progresivisme. Pada rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Disamping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk
apa berfikir kritis , memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut
aliran ini menekankan pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Perenialisme,
Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari
terhadap pengembanganModel Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme
memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan
Pribadi. Sementara,
filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat
pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam
praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan
secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada
beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran
landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada
filsafat rekonstruktivisme.
2.
Landasan
Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan
individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum.
b. Psikologi Belajar
Merupakan ilmu yang mempelajari
tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji
tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku
individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
3.
Landasan
Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang
sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum
menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat,
mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat
dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan
segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak
mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan
masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat
masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan
pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek penting dalam sistem
sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan
berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari
agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan
masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang
sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
4.
Landasan
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Ilmu pengetahuan adalah
seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui
riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan
teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan
telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini
banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti
Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan
dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad
pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori
baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus
semakin berkembang.
Seiring dengan perkembangan
pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam
berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan
menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara
langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi
industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri dengan
teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat dan bahan yang secara langsung
atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber
daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Akal manusia telah mampu
menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada
jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa
menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil
mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil
menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam
bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh
pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara
kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad
pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui
belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn)
dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang
ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi
telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Kegiatan pendidikan membutuhkan
dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio,
video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan
produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan
keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana
program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan
siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat
termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan
sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk
dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Comments
Post a Comment