Amalan-amalan Ketika Hujan
Segala puji bagi Allah Ta’ala atas segala nikmat yang
telah diberikan-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, para shahabat
radhiyallahu ‘anhum dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Segala puji bagi Allah,
atas berbagai kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, diantaranya adalah
hujan yang banyak memberikan kemanfaatan.
[A] - Pengertian Hujan
Hujan adalah sebuah
peristiwa ‘presipitasi’ (jatuhnya cairan dari atmosfer yang berwujud
cair, maupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan memerlukan
keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh
es di dekat dan di atas permukaan Bumi. [http://softilmu.blogspot.com]
[B]
- Dalil-dalil Turunnya Hujan
Ada beberapa dalil dari Al
Qur-an yang menunjukkan tentang hujan, diantaranya:
Allah Ta’ala
berfirman:
(( أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ - أَأَنْتُمْ
أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ ))
“Maka terangkanlah kepada-Ku
tentang air yang kamu minum! Kamukah yang menurunkannya, atau Kamikah yang
menurunkannya?” [QS. Al Waqi ‘ah :
68-69]
Begitu juga firman Allah Ta’ala:
(( وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا ))
“Dan Kami turunkan dari
awan air yang banyak tercurah.” [QS.
An Naba’: 14]
Allah Ta’ala juga
berfirman:
(( فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ))
“Maka kelihatanlah olehmu
hujan keluar dari celah-celahnya.” [QS.
An Nuur: 43] Yaitu, dari celah-celah awan.
[C] - Diantara Manfaat Hujan
Merupakan tanda kekuasaan
Allah Ta’ala, kesendirian-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta,
Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman di
atasnya, sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk
dipandang. Allah Ta’ala telah menyatakannya dalam firman-Nya:
(( وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا
أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا
لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ))
“Dan diantara tanda-tanda
(kekuasaan)-Nya (ialah), bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila
Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Rabb
Yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS.
Fushshilat: 39] Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan
tanah yang mati.
[D] - Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan
(1) - Merasa khawatir
ketika mendung, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah.
Ketika muncul mendung,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam begitu khawatir, jangan-jangan akan
datang adzab dan kemurkaan Allah.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
berkata :
كَانَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ
وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ
السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ
– صلى الله عليه وسلم – « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا
رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ )
“Apabila melihat mendung
di langit, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak ke depan, ke
belakang, atau beralih masuk, atau keluar dan berubahlah raut wajah beliau shallallahu
‘alaihi wasallam.
Apabila hujan turun,
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mulai menenangkan hatinya. ‘Aisyah
sudah memaklumi, jika beliau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan
seperti itu. Lalu, Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:
‘Aku tidak mengetahui apa
ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum ‘Aad), sebagaimana Allah
berfirman (yang artinya):
‘Maka tatkala mereka
melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka.’ [QS. Al Ahqaf (46): 24] .” [HR. Al Bukhari]
Ibnu Hajar rahimahullah
mengatakan:
“Hadits ini menunjukkan,
bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya, jika ia mengingat-ingat
apa yang terjadi pada umat di masa silam. Dan ini merupakan peringatan agar ia
selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka, yaitu
umat-umat sebelumnya.” [Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari]
(2) - Mensyukuri Nikmat
Turunnya Hujan
Dengan berdoa:
اللَّهُمَّ صَيِّباً
ناَفِعاً
Itulah yang Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ucapkan, ketika melihat turunnya hujan. Hal ini
berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ‘anha:
إِنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ
صَيِّباً نَافِعاً
“Sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dahulu ketika melihat hujan turun, beliau mengatakan: ‘Allahumma
shayyiban nafi’an’ (Yaa Allah, hujanilah dengan hujan yang bermanfaat).”
(3) - Turunnya Hujan,
Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Do’a
Dari Sahl bin Sa’d,
beliau berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثِنْتَانِ
مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua doa yang tidak akan
ditolak: (1) Doa ketika adzan dan (2) Doa ketika turunnya hujan.” [HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan,
bahwa hadits ini hasan]
Ibnu Qudamah rahimahullah
dalam Al Mughni mengatakan, “Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan.”
(4) - Berdoa Ketika Hujan Lebat.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian,
ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memohon
pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berdoa :
اللَّهُمّ
حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ
وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkanlah
hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami! Ya Allah, turukanlah hujan ke
dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya
pepohonan!” [HR. Al Bukhari]
Syaikh Shalih As Sadlan
mengatakan, bahwa doa di atas dibaca, ketika hujan semakin lebat, atau khawatir
hujan akan membawa dampak bahaya. [Dzikru wa Tadzkir]
(5) - Mengambil Berkah
dari Air Hujan
Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata:
“Kami pernah kehujanan
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian, kami
mengatakan:
‘Wahai Rasulullah,
mengapa engkau melakukan demikian?’
Lalu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
لأَنَّهُ
حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
“Karena hujan ini baru
saja Allah ciptakan.” [HR. Muslim]
(6) Dianjurkan Berwudhu
dengan Air Hujan
كَانَ
يَقُوْلُ إِذَا سَالَ الوَادِي: أُخْرُجُوْا بِنَا إِلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ
اللهُ طَهُوْرًا، فَنَتَطَهَّرُ بِهِ
“Apabila air mengalir di
lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:
‘Keluarlah kalian bersama
kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci!’
Kemudian kami bersuci
dengannya.” [HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Syaikh Al Albani
mengatakan, bahwa hadits ini shahih]
(7) - Berdo’a Setelah Turun Hujan
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat Shubuh bersama kami
di Hudaibiyah, setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi,
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap jamaah shalat, lalu
mengatakan:
“Apakah kalian mengetahui
apa yang dikatakan Rabb kalian?”
Kemudian, mereka
mengatakan, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’
Lalu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
“Pada pagi hari, diantara
hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ
وَرَحْمَتِهِ
‘Muthirna bi fadhlillahi
wa-rahmatih’ (Kita diberi hujan
karena karunia dan rahmat Allah). Maka, dialah yang beriman kepadaku dan
kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan:
مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا
‘Muthirna binnau kadza wa-kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini). Maka,
dialah yang kufur kepadaKu dan beriman pada bintang-bintang.” [HR. Al Bukhari
dan Muslim]
Syaikh Muhammad bin Shalih
Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan:
“Tidak boleh bagi
seseorang menyandarkan turunnya hujan, karena sebab bintang-bintang. Hal ini
bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam, jika ia
meyakini, bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun, kalau
menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk
kufur ashgar (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam).
Ingatlah, bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan! Bintang
hanya sekedar waktu semata.” [Kutub wa Rasaa-il lil-‘Utsaimin]
(8) - Berdo’a Ketika
Mendengar Petir
Apabila Abdullah bin
Az-Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan:
سُبْحَانَ
الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Mahasuci Allah yang petir
dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya.
Kemudian beliau
mengatakan:
إِنَّ
هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ
“Inilah ancaman yang
sangat keras untuk penduduk suatu negeri.” [Lihat: Adabul Mufrad no. 723,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani]
| Wallaahu A’lam
Bish-Shawwab..
| Oleh: Abu Faqih AlFanghany
| Artikel Buletin Al-Minhaj
| Dari berbagai sumber
Comments
Post a Comment