Ilmu di Mata Imam Asy Syafi'i rahimahullah


[A] - Defenisi Ilmu Menurut Imam Syafi’i

Perlu diketahui, bahwa setiap ilmu yang dipuji oleh dalil-dalil Al Qur-an dan hadits maksudnya adalah ilmu agama, ilmu Al Qur-an dan As Sunnah, sekalipun kita tidak mengingkari ilmu-ilmu dunia, seperti kedokteran, arsitek, pertanian, perekonomian dan sebagainya.

Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah berkata:

“Ilmu yang bermanfaat adalah mempelajari Al Qur-an dan Sunnah, serta memahami makna kandungan keduanya dengan pemahaman para shahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in. Demikian juga dalam masalah hukum halal dan haram, zuhud dan masalah hati, dan lain sebagainya.
[Fadhlu Ilmi Salaf ‘ala Ilmi Khalaf,  hlm. 26.]

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

“Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i, ilmu yang berfaedah untuk mengetahui kewajiban seorang hamba berupa perkara agama, baik dalam ibadah, maupun pergaulannya sehari-hari. Ilmu yang berbicara tentang Allah dan sifat-sifatNya, serta apa yang wajib bagi dirinya dalam menjalankan perintah Allah, mensucikan Allah dari segala kekurangan, ilmu yang demikian berkisar pada ilmu tafsir, hadits dan fikih.” [Fathul Bari (1/192)]

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

كُلُّ الْعُلُومِ سِوَى الْقُرْآنِ مَشْغَلَةٌ
 إِلَّا الْحَدِيثَ وَإِلَّا الْفِقْهَ فِي الدِّين
الْعِلْمُ مَا كَانَ فِيهِ قَالَ حَدَّثَنَا
 وَمَا سِوَى ذَاكَ وَسْوَاسُ الشَّيَاطِينِ

Setiap ilmu selain Al Qur-an adalah menyibukkan,
Kecuali hadits dan fikih dalam agama,
Ilmu adalah yang terdapat di dalamnya: ‘haddatsana’ (hadits),
Selain itu adalah was-was Setan... [Diwan Syafi’i, hlm. 88]

[B] - Keutamaan Ilmu Menurut Imam Syafi’i

Keutamaan-keutamaan ilmu agama banyak sekali, diantaranya adalah apa yang disebutkan oleh Imam Syafi’i, bahwa:

(1) - Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan akhirat.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِوَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِوَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akherat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki dunia akherat, maka hendaknya dia berilmu. [Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab (1/30) oleh An Nawawi. Dan sebagian orang menganggapnya sebagai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal tidak ada asalnya]

Dalil yang menguatkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ اْلدِّيْنِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan fakihkan ia dalam agamaNya.” [HR. Al Bukhari (71) dan Muslim (1037)]

(2) - Ilmu Sebagai benteng dari syubhat dan fitnah.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

لَوْلاَ الْمَحَابِرُ لَخَطَبَتِ الزَّنَادِقَةُ عَلَى الْمَنَابِرِ

“Seandainya bukan karena tinta (ilmu), niscaya orang-orang zindiq akan berkhutbah di mimbar-mimbar..” [Siyar A’lam Nubala’ (3/3291) oleh Adz Dzahabi]

Dengan ilmu kita dapat menjaga diri kita dari berbagai syubhat yang menyerang. Alangkah berharganya  nasehat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah kepada muridnya, Ibnul Qayyim rahimahullah:

“Janganlah engkau jadikan hatimu terhadap syubhat, seperti spon yang menyerapnya serta merta, tetapi jadikanlah hatimu seperti kaca yang kuat, sehingga tatkala syubhat mampir padanya, dia dapat melihat dengan kejernihannya dan mengusir dengan kekuatannya. Tetapi, apabila engkau jadikan hatimu menyerap setiap syubhat, maka dia akan menjadi sarang syubhat.” [Miftah Dar Sa’adah (1/443)]

Lalu, Ibnul Qayyim rahimahullah berkomentar:

“Tidaklah saya mendapatkan faedah untuk menangkis syubhat lebih dari pada wasiat ini.”

Dengan ilmu juga kita dapat membantah argumen orang-orang yang ingin merusak agama. Oleh karenanya jihad ada dua macam: karena itu, jihad ada dua macam: Jihad dengan tangan dan lisan. [Miftah Daar Sa’adah (1/70), Ibnu Qayyim]

(3) - Ilmu adalah amalam yang paling utama.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:

لَيْسَ شَيْءٌ بَعْدَ الْفَرَائِضِ أَفْضَلُ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ

“Tidak ada satupun yang lebih utama setelah menunaikan kewajiban selain menuntut ilmu.” [Miftah Darr Sa’adah (1/391)]

(4) - Menuntut ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ النَّافِلَةِ

“Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” [Al Majmu’ (1/40) oleh An Nawawi]

Dalil yang menguatkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَ إِنَّ اْلعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِيْ اْلسَّمَاوَاتِ وَ مَنْ فِيْ اْلأَرْضِ حَتىَّ اْلحِيْتَانُ فِيْ اْلمَاءِوَ فَضْلُ اْلعَالِمِعَلىَ اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلىَ سَائِرِ اْلكَوَاكِبِ

“Orang yang berilmu, ia akan dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada didalam air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah bagaikan bulan dimalam purnama atas seluruh bintang.” [HR. Abu Dawud (3641), At Tirmidzi (2682), Ibnu Majah (223), Ahmad (5/196). Dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Targhib (1/138)]

[C] - Semangat Imam Syafi’i Dalam Menuntut Ilmu

Imam Syafi’i rahimaullah adalah seorang ulama yang sangat bersemangat tinggi dalam menuntut ilmu.

Al Humaidi menceritakan, bahwa dirinya tatkala di Mesir pernah keluar pada suatu malam, ternyata lampu rumah Syafi’i masih nyala. Tatkala dia naik ternyata dia mendapati kertas dan alat tulis. Dia berkata, “Apa semua ini wahai Abu Abdillah (Syafi’i)?”

Beliau (Asy Syafi’i)menjawab, “Aku teringat tentang makna suatu hadits dan saya khawatir akan hilang dariku, maka sayapun segara menyalakan lampu dan menulisnya.” [Adab Syafi’i wa Manaqibuhu, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 44-45]

Termasuk bukti semangat Imam Syafi’i dalam menunutut ilmu adalah ucapan beliau kepada Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah:

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِالأَخْبَارِ الصِّحَاحِ مِنَّا، فَإِذَا كَانَ خَبَرٌ صَحِيْحٌ، فَأَعْلِمْنِيْ حَتَّى أَذْهَبَ إِلَيْهِ، كُوْفِيًّا كَانَ أَوْبَصْرِيًّا أَوْ شَامِيًّا

“Engkau lebih tahu tentang hadits-hadits shahih daripada diriku. Apabila ada hadits shahih, maka beritahukanlah padaku, sehingga aku akan mendatanginya baik Kufah, Bashrah, atau Syam..” [Hilyatul Auliya’ (9/170) oleh Abu Nu’aim. Lihat takhrij lengkap dan panjang terhadap atsar ini dalam risalah At Ta’dzim wal Minnah, hlm. 45-46 oleh Syaikh Salim Al Hilali]

[D] - Kunci-Kunci Ilmu Menurut Imam Syafi’i

Mungkin kita bertanya-tanya:

Bagaimana kiat menuntut ilmu? Apa saja kunci-kuncinya?

Berikut ini jawaban Imam Syafi’i rahimahullah:

أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إلَّا بِسِتَّةٍ
سَأُنْبِيكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا بِبَيَانِ
ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌوَبُلْغَةٌ
وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُولُ زَمَانِ

Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara
Akan aku kabarkan padamu perinciannya degan jelas
Kecerdasan, kemauan keras, semangat, bekal cukup
Bimbingan ustadz dan waktu yang lama... [Diwan Syafi’i, hlm. 20]

Imam Syafi’i rahimahullah juga berkata:

فَحُقَّ عَلَى طَلَبَةِ الْعِلْمِ بُلُوْغُ غَايَةِ جُهْدِهِمْ فِي الاسْتِكْثَارِ مِنْ عِلْمِهِ وَالصَّبْرُ عَلَى كُلِّ عَارِضٍ دُوْنَ طَلَبِهِ وَإِخْلاَصُ النِّيَّةِ لِلَّهِ فِي اسْتِدْرَاكِ عِلْمِهِ نَصًّا وَاسْتِنْبَاطًا وَالرَّغْبَةُ إِلَى اللهِ فِي الْعَوْنِ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ لاَ يُدْرَكُ خَيْرٌ إِلاَّ بِعَوْنِهِ

“Maka hendaknya bagi para penunutut ilmu untuk:
Mencurahkan tenaganya dalam memperbanyak ilmu,
Bersabar menghadapi tantangan dalam menuntut ilmu,
Mengikhlaskan niat karena Allah untuk menggapai ilmunya secara nash ataupun istinbath (menggali hukum)
Berdoa mengharapkan pertolongan Allah, karena tidak mungkin meraih kebaikan kecuali dengan pertolonganNya.” [Ar Risalah, hlm. 19]




Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Majas

MICRO TEACHING (DASAR KETERAMPILAN MENGAJAR)

Sekolah dan Institusi Pendidikan Keagamaan di Masyarakat