Untukmu, Duhai Para Suami..
Siang itu, di warung sederhana tempat biasa kami makan, di sebelah meja kami nampak sepasang bapak dan ibu muda berseragam rapi. Sepertinya, mereka pekerja bank, atau koperasi simpan pinjam, atau yang semisal, terlihatlah dari setelan seragamnya. Tak ada yang aneh, Si Ibu berseragam rapi, lengkap dengan kerudung khas negeri ini dan Si Bapak
dengan kemeja yang nampak gagah.
Tak ada yang aneh, memang warung itu menjadi tempak pilihan untuk makan siang bagi para 'pekerja' seperti kami, selain jauh dari kebisingan, murah pula..
Kamipun berusaha menyelesaikan acara makan, mencoba tak berpanjang lebar dan semoga tak perlu menunggu waktu lama, seperlunya. Hanya saja di sela-sela aktivitas makan tersebut, terdengar Si Ibu menumpahkan segala isi hati dan segala keluh kesah kepada Si Bapak. Awalnya kami menyangka, mereka sepasang suami istri, tapi ternyata bukan. Segala aib dan semua keburukan suaminya, dia ceritakan kepada teman laki-lakinya tersebut. Keras sekali, membuat kami 'sedikit' kehilangan selera.
Alangkah buruknya... Dia buka aib suaminya di depan lelaki yang bukan siapa-siapanya. Kita berlindung kepada Allah dari sifat wanita yang seperti ini, mudah-mudahan tak ada anggota keluarga kita yang seperti wanita tersebut..
Lalu, di hari yang lain. Ketika teman kami menukarkan uang di sebuah bank swasta di wilayah Surakarta..
Datang seorang lelaki gagah dan berperawakan 'kaya nan berharta', sepertinya pengusaha. Terlihat dari gaya dan cara bicaranya. Disambutlah Bapak itu oleh Ibu 'Pembesar' bank tersebut (kami tak tahu apa pangkat ibu ini, tapi sepertinya bukan pegawai bank biasa). Ia salami, sedikit bercanda tawa. Dan terjadilah obrolan..
"Tumben, Pak, menyempatkan waktu ke sini.." sapa Si Ibu..
"Ibu sih, sekarang jarang ke rumah. Dulu, sering ke rumah/ ke kantir 'jemput bola'.." jawab Si Bapak akrab..
Bayangan kami, "Alangkah kasihan suami Si Ibu ini. Dia tak pernah tahu, jika teman-teman istrinya adalah para laki-laki pengusaha nan kaya. Dia tak pernah tahu, apa yang dikerjakan Si Istri bersama para koleganya yang gagah-gagah itu, diantar sopirnya yang laki-laki pula.. Bukan su'udhan, hanya kasihan.. Istrimu, bukan lagi teman spesialmu. Kasihan sekali, duhai engkau, Bapak (suami dari Si Ibu, maksudku).."
Daaan, mungkin banyak kisah semisal yang telah dianggap biasa di negeri ini: Seorang wanita mempunyai teman laki-laki spesial, selain suaminya. Mereka sering bertemu, makan siang, curhat panjang lebar ke sana ke mari, bahkan aib 'Sang Pangeran Pujaan' diumbar ditelanjangi di depan teman spesialnya itu. Mereka sering bercengkerama, bersendau gurau, cubit-cubitan, bahkan hal itu tak pernah dia lakukan bersama suami dan keluarganya...
Ya Allah, lindungilah kami dari yang demikian ini! Jauhkan kami dan keluarga kami dari perilaku menjijikkan ini...
Maka, tak aneh, ketika terdengar sebuah kabar beredar: "Seorang wanita bercerai, karena ketahuan berselingkuh dengan teman suaminya". Atau, "Seorang artis cantik, begini dan begitu.."
Karena kita tahu, ada 'teman spesial' yang telah mengalahkan Sang Pangeran Pujaan..
Kasihan, sekali lagi kasihan, engkau...
---------
Mudah-mudahan cerita 'nyata' ini dapat diambil manfaatnya, sehingga kisah serupa tak menimpa kita, keluarga kita, teman-teman dekat kita, Kaum Muslimin semua. Dan, mangga cantik nan ayu, tak lagi busuk 'dalamnya', seperti kata Mas Aris kemarin di statusnya:
*****
Ceritanya... gonaku lagi panen buah pelem (mangga)..
Secara fisik, pelemku ki ayu.. cantik.. bagus.. resik.. tur disawang koyone legi-legi (manis)..
Al hasil, peleme tak onceki (dikupas)... Lha dalah... Njerone ki do bosok kabeh... Blas, ra eneng sing isoh dipangan..
Padahal pelemku lemu-lemu, semok.. gede-gede...
Berarti, fisike pelemku.. Ngapusi, Cah... Njobo alus, njero bosok, jan bosok tenan...
Sakiki pertanyakanku:
"Uwong sing modele koyo pelemku iki ono ora yo??
*****
Comments
Post a Comment