"Masak, habis Inas terus aku, Bi?"

Selepas Dhuhur Hari Ahad yang lalu, sepulang dari masjid niat hati ingin makan siang, maklum sedari pagi perut hanya terisi separuh duren. Belum selesai mengambil nasi dan sayur, tiba-tiba ada sebuah SMS masuk. Isi SMS itu memberitakan, bahwa salah satu puteri dari rekan kerja, sekaligus sahabat kami telah meninggal. Usianya baru 14 bulan, innaa lillaahi wa-innaa ilaihi raaji'uun..

Tanpa pikir panjang,
saya coba menyebarkan SMS tersebut ke seluruh asatidzah dan pegawai, padahal posisi HP saat itu kelap kelip, pertanda batre mulai terkuras. Sambil dicas, aku copy paste SMS tersebut, sedikit edit, lalu menyebarlah ke hampir seluruh nomor yang ada di HP-ku itu, sementara nasi yang telah terlanjur diairi menepi sejenak.

Selanjutnya, saya harus segera sampai di rumah beliau bertakziah. Alhamdulillaah, itupun tak memerlukan waktu lama, karena dalam hitungan kurang dari sejam saya telah mengobrol dengan beliau (sahabat kita ini) perihal sakit yang diderita Ananda Inas, sampai detik-detik ketiadaan Ananda..

Intinya, bahwa Ananda sempat sakit diare tiga hari, mulai Jumat. Sudah dibawa ke bidan, akan tetapi belum nampak membaik. Akhirnya Hari Ahad pagi, beliau ajak istri beliau yang juga sedang sakit gigi, qadarullah, untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Setelah proses pendaftaran dan pemeriksaan awal terlampaui, belum sempat Ananda mendapat asupan melalui infus, Perawat telah menyampaikan, "Maaf, Pak, Adik sudah tidak ada..."

Innaa lillaahi wa-innaa ilaihi raaji'uun, semoga Allah menempatkan Ananda di Surganya..

Setelah sejenak mengobrol dengan beliau perihal kejadian di atas, 'para korban' SMS sayapun berdatangan; ada yang biasa, tapi banyak sekali yang protes, akibat salah paham, mereka mengira Ayah (sahabat kita ini) dari Ananda yang meninggal disebabkan penulisan SMS yang terlalu singkat ditambah rata-rata pemahaman mereka yang sebetulnya sangat konvensional.

"Maaf, jangan marahi saya! Yang penting, kalian sudah sampai di sini, bertakziyah dan berbela sungkawa. Tentang berita dan kronologi kejadian bisa langsung ditanyakan ke beliau," jawabku tak ingin disalahkan.

Kemarin dan hari ini, beliau telah kembali bekerja seperti biasa. Hanya saja, duka yang ada memang belum sepenuhnya hilang. Ditambah pula putera pertama beliau yang juga sakit hari ini.

Tadi, beliau sempat bercerita:

Sekarang gantian Ali yang sakit. Panasnya hampir 40 derajat. Mau saya bawa ke dokter belum mau. Sedikit terharu, ketika tadi Ali bilang:

'Bi, masak habis Inas (adiknya yang meninggal), terus saya, Bi?'

'Nggak apa-apa, Le. Kan kalau anak kecil meninggal dosanya belum dihitung. Siapa tahu, Ali besok kalau dewasa tidak menjadi anak shalih, kan lebih baik meninggal sekarang?'

Saya bilangi begitu, Alinya malah tersenyum, sambil berkata:

'Enak, Bi, kalo meninggal sekarang bisa langsung masuk Surga. Bi, saya nggak usah diperiksakan ke dokter saja, yaaa...'

Terharu saya mendengarnya. Apalagi, ketika mengingat Ibrahimku yang seusia Adik Inas, seperti ada hati yang teriris, sedih sekali. Adik mungil yang sedang lucu-lucunya telah tiada..

Semoga, sedikit goresan tanpa editan ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Tak lupa, kita doakan, agar Dik Inas Allah rahmati di Surga-Nya; untuk Mas Ali, semoga Allah menyembuhkanmu, Nak;juga kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah berikan kesabaran, ketabahan, serta ganti dengan kebaikan-kebaikan yang banyak. Karena, anak-anak adalah buah hati dari orang tuanya dan mereka merupakan penghias kehidupan dunia ini. Kehilangan mereka merupakan suatu musibah yang sangat besar bagi kedua orang tuanya. Siapa saja yang bersabar dan mengharap pahala dari musibah kematian anaknya, maka Allah Ta’ala akan menganugerahinya pahala dan keutamaan yang besar sebagai rahmat dan karunia dari-Nya, yaitu bahwa dia akan masuk Surga dan tidak akan tersentuh oleh Api Neraka.

Sedikit sebagai pengingat bagi kita semua, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para wanita Anshar:

“Tidaklah salah seorang dari kalian ditinggal mati oleh tiga orang anaknya, lalu ia sabar dan mengharap pahala dari Allah, kecuali pasti ia akan masuk Surga.”

Lalu berkatalah seorang wanita dari mereka, “Bagimana jika dua orang saja?”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Meskipun dua orang.” [HR. Al Bukhari no. 1249 dan Muslim no. 4767]

Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Tidaklah tiga anak milik salah seorang dari Kaum Muslimin meninggal dunia, lalu ia (orang tuanya) tersentuh Api Neraka, kecuali sebatas menjalankan sumpah (Allah).” [HR. Al Bukhari no. 1173 dan Muslim no. 4766]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah bersabda:

“Tidak seorang muslimpun yang ditinggal wafat oleh tiga orang anaknya yang belum baligh, kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam Surga, karena keutamaan rahmat-Nya kepada mereka.” [HR. Al Bukhari no. 1381]

‪#‎InasTaqiyya | Sebuah pengingat bagi kita semua..

Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Majas

Ringkasan Materi Psikologi Perkembangan

Ilmu di Mata Imam Asy Syafi'i rahimahullah