Anak-anak Istimewa.. (Bag. 2)

Menyambung kisah yang beberapa waktu saya sampaikan, tentang Mutiara Terpendam, tentang Anak-anak Istimewa. Iya, Anak-anak Istimewa, begitu saya menyebutnya. Bukan berarti yang menyampaikan lebih hebat dari Para Pembaca semua, bukan pula hendak membanggakan Madrasah kami, bukan dan bukan itu. Saya di sini sekedar ingin berbagi, dengan harapan kita semua dapat mengambil faedah dari kisah berikut.

Tiga santri yang beberapa waktu lalu

sempat menghabiskan waktu selama tiga tahun di Madrasah kami. Kami akan menyebutkan dari yang paling tua, walau sebenarnya mereka tak ada ikatan darah satu sama lainnya, wallahu a’lam. Dan, hanya saya sebutkan inisial dari ketiganya, untuk menghindari kejadian yang tak boleh terulang. Mereka adalah R****, N***** dan P******. Ketiganya berasal dari kota yang berbeda, berbeda pulau malah, berturut-turut daerah asal mereka: Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Ketiganya sempat terkumpul di Madrasah kami, dalam satu kelas, dalam satu asrama.

Tahun 1998 mereka mendaftar sebagai santri Madrasah Salafiyah Wustho Pondok Pesantren Al Ukhuwah Sukoharjo. Dikarenakan peminat, serta ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas pada waktu itu, maka pihak Ponpes hanya menerima satu kelas putra dan satu kelas putri untuk jenjang Madrasah Salafiyah Wustho (setingkat SMP). Sehingga, mereka pun tergabung dalam satu kelas.

Awalnya, mereka tak saling mengenal antara satu dan lainnya, karena tempat asal mereka yang berbeda, kemudian Allah pertemukan mereka di sini. Tapi, bukan ini yang hendak saya sampaikan. Ada hal lain yang dapat kita ambil pelajaran dari ketiganya dan itu sangat istimewa menurut saya.

Di tengah kesibukan mereka belajar di kelas setiap hari mulai pukul 07:00 s.d. pukul 12:00 sepanjang pekan (kecuali Hari Jumat, sampai pukul 11:00), di samping kegiatan ekstrakurikuler yang juga mereka ikuti, di sela keceriaan mereka bermain seperti anak pada umumnya, ternyata Allah titipkan kepada mereka sebuah kecerdasan yang sangat istimewa. Mungkin, tak dimiliki oleh anak-anak seusia mereka pada umumnya.

Berasal dari latar pendidikan umum dari sekolah sebelumnya (SD Negeri), bermula dari keluarga yang biasa saja (bukan anak Ustadz), ternyata mereka dianugerahkan kemampuan untuk menyelesaikan hafalan Al Qur-an 30 juz dalam waktu kurang dari 3 tahun. Iya, kurang dari 3 tahun, karena ketika mereka datang ke Madrasah kami belumlah memiliki hafalan Al Qur-an.

“Tiga tahun mah waktu yang cukup lama atuh ...” begitu mungkin sebagian kita berceletuk.

Tapi bagi saya, mereka tetaplah istimewa. Lihatlah kembali kesibukan mereka di atas! Belum lagi mereka harus mengurus diri sendiri, mencuci, menyeterika, bermain dan kegiatan lain yang mungkin sangat menyita waktu dan tenaga. Akan tetapi, sekali lagi, Allah telah memilih mereka sebagai pengemban amanah-Nya. Penghafal Al Qur-an bukanlah sembarang orang, merekalah orang-orang yang telah Allah pilih atas kuasa dan takdir-Nya.

Maka, ijinkan saya berucap, “Laa hawla wa-laa quwwata illaa bi-llaah ...”

Kini, ketiganya tak lagi di sini. Berpindah untuk melanjutkan langkah, berkelana untuk sebuah asa, berela hati untuk jauh dari orang tua demi tercapainya sebuah cita. Hanya doa yang dapat saya sampaikan, semoga Allah menjaga kalian dan menganugerahkan kepada kalian ilmu yang bermanfaat, aamien..

-----

Menjadi pelajaran bagi kita semua, betapa ternyata kita begitu mudahnya beralasan untuk sekedar lari dari kenyataan yang sebenarnya memang harus kita hadapi. Betapa terkadang, kita memperpanjang alasan ketika ternyata hasrat kita sebenarnya ingin lari dari sekedar berusaha. Betapa banyak kita dapati sebagian dari kita enggan untuk menhafal Al Qur-an, misalnya. Sebuah alasan klasik yang sering disampaikan, “Saya kan bukan anak pondokan (pesantren –ed)..” “Saya kan ...” “Saya kan ...” Dan berbagai alasan lainnya, hanya sekedar ingin mendapat udzur agar diberikan keringanan dalam menghafal Al Qur-an.

Harapan kami, mudah-mudahan kisah cerita ini menjadi penyemangat yang mungkin kemarin pernah goyah.

Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Majas

Ringkasan Materi Psikologi Perkembangan

Ilmu di Mata Imam Asy Syafi'i rahimahullah