Bahkan, Umurmu Belum Lebih dari Dua Hari..



Menikmati percikan lembut sisa hujan di pagi ini, membuat nafsu berkendaraku sedikit melemah dan menyengaja bertambah pelan. Bahkan, hujan ini mampu menghapuskan duka dan rasa kecewa yang telah pun tercipta sebelumnya. Menggairahkan... Tapi, bukan ini yang hendak aku kisahkan kepadamu, Kawan. Bukan hendak memaksa, namun coba simak dan bacalah, mungkin akan membawa manfaat bagi kita!

Kemarin pagi,
seperti biasa aku berangkat kerja, absen, duduk menyalakan komputer, membuka sebuah file yang sempat tertunda, tak lupa pula membuka semua akun, tak ada yang istimewa.. Hanya, setelah aku duduk beberapa saat, datang seorang rekan membawa berita duka tentang meninggalnya putri seorang teman yang baru lahir dua hari yang lalu.

Tak menunggu lama, ku telpon istriku Ummu Abdirrahman IshmahZahiroh, sekedar menyampaikan khabar ini padanya, karena ku tahu, ibu dari anak ini adalah sahabat lamanya. Kami berbicara sejenak dan dia menjawab, “Aku ingin sekali ikut, tapi ini lagi mengajar sendiri. Bagaimana coba?” Obrolan berakhir ketika akhirnya istriku memutuskan untuk ikut. Oke lah..

HP ku menyala, karena memang aku tak pernah memberi nada dering di HP ku, pertanda ada SMS yang wajib aku baca. Rupanya, Mbah Tri Abu Fathimah Skh menyampaikan pula tentang khabar ini dan sekedar ingin nebeng numpang bareng berangkat. Beliau berkata, “Aku bareng yo, aku belum tau rumahnya! Aku tunggu di depan kios.”

Menjelang dhuhur aku berangkat, bersama istri sampailah di depan kios Mbahku tadi. Wah, rupanya, aku yang dipaksa menanti, bukan dia. “Tunggu ya, aku mau shalat dhuhur dulu!” suara Mbah Tri di HP. “Ikut!”

Selanjutnya, perjalanan orang-orang sok tau ini dimulai. Tak ada dari kami bertiga yang mengetahui arah rumah yang hendak dituju. Berbekal rasa percaya diri yang tinggi dan sekedar kemampuan membaca nama desa, bismillah kami berangkat..

Setelah jembatan besar, pertanda rumah beliau hampir dekat, tak tau lagi harus kemana kami melanjutkan langkah. Kusuruh istriku sms temanku, tapi jawabannya sungguh sangat membanggakan, “Tanya suamimu, diakan ST...” Waduh... Tak berapa lama, dia rupanya tak tega menyaksikan kesesatan kami, disusulinya dengan SMS yang kedua berisi petunjuk arah yang sebenarnya sangat memusingkan dan membuat pening bagi orang yang sekedar mampu membaca dengan terbata.

Berkelok, berbelok, menyusuri jalan yang jauh dari kesan bagus, kasihan istriku yang sebenarnya sedang membawa bayi di perutnya. Setelah beberapa kali bertanya, karena sejatinya kami memang tersesat, sampailah pula di depan rumah itu. Sebagai tanda ada bendera merah di tikungan, beberapa kendaraan terparkir dan kerumunan orang yang sedang pula melayat. Alhamdulillah, sampai..

Istriku masuk terlebih dahulu, menemui sahabat lamanya itu. Aku dan sahabatku yang baik hati ini meneympatkan bersalaman dengan orang-orang yang telah pula duduk memanjang berjajar, terakhir bertemu dengan bapak Si Bayi itu. Hendak segera menyolatkan, tapi masak hanya berdua saja?

Rombongan yang ditunggu nampak dari kejauhan. Kami ikut shalat jenazah bersama mereka, melihat jenazah, duduk-duduk mengikuti kebiasaan penyelenggaran upacara pemakaman, lalu mengantarkan jenazah menuju pemakan, setelah sebelumnya minta ijin kepada istri untuk sekedar memintanya bersabar menanti..

Selesai. Kami pun pulang. Aku bertanya pada istriku di sepanjang perjalanan. Dia bercerita tentang keadaan sahabatnya yang sedang dirundung duka dan berhias air mata. “Bukan aku tak rela, Dik. Aku ikhlas, hanya...” Begitulah kisahnya, hingga cerita tentang seringnya beliau ini mengkonsumsi daun pepaya yang konon katanya terlarang dan kurang bagus bagi ibu yang sedang hamil. Sebelum meninggal, keadaan bayi beliau terus memburuk, bahkan ketika di perut pun air ketuban telah keruh. Panjang lebar cerita istriku, aku menjadi pendengar setia walau kadang tak nyambung juga...

Berlalu, hujan, anak-anak pulang sekolah, para buruh sedang berangkat kerja... menghiasi indahnya perjalanan kami, sebelum akhirnya sampai di tempat semula, setelah mengantarkan istriku, tentunya.

Demikian sedikit kata acak dari sebuah kisah perjalanan terserak, semoga dapat mambawa dampak..

Teruntuk keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah menguatkan mereka dan senantiasa memberi ketabahan, mudah-mudahan kepergiannya dapat menjadi tabungan pahala yang indah di akhirat kelak...

-------

Bagi ibu-ibu, teman-temanku dan siapa saja yang membaca tulisan ini, mohon sekedar berbagi tentang: Ibu Hamil, Jamu, Daun Pepaya, Air Ketuban, Bayi Sungsang...

Agar kami dapat mengambil faedah, sebagai bekal akan kelahiran anaku yang kedua sebulan lagi, insya Allah ....

Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Majas

Ringkasan Materi Psikologi Perkembangan

Ilmu di Mata Imam Asy Syafi'i rahimahullah