Kisah Pagi.. (Part. I)

Judulnya, Aku Tak Tahu..

Sepagi ini, dua petak sawah telah pula ku lalui. Apakah aku sedang mencoba karakter baru menjadi petani? Ah, bukan, bahkan aku tak mempunyai sedikit pun kemampuan untuk itu, Kawan. Lalu? Hanya sekedar mengantar ibuku menengok kedua petak sawahnya itu, karena memang aku dari keluarga besar petani kecil di kampung ini. Walau, keterampilan bertani itu tak pernah mau singga
h dan menurun padaku, anaknya.

Musim panen nyaris tiba. Mungkin 3 pekan, atau sebulan lagi. Namun, mimik memelas nan murung tetap menghiasi wajah cemas ibuku pagi ini. “Musim panen segera tiba, tapi mengapa engkau tetap murung seperti itu, wahai Bundaku?” tanyaku pada ibuku dengan logat Jawa yang dihalus-haluskan, walaupun tetap sedikit kasar jadinya. Beliau pun berkisah, “Lihatlah, sebagian padi menguning kering sebelum waktunya! Pertanda, sawah kita juga kemungkinan gagal panen kelak!”

Iya, ternyata ada hama baru yang melanda persawahan di kampungku ini. Hama ini dikenal dengan ‘Hama Potong Leher’, begitu menurut kisah ibuku. Ujung padi yang tiba-tiba menguning sebelum waktunya. Ada beberapa sawah di sini yang telah nampak seperti itu. Tak tahu apa sebabnya, karena aku pun tak bertanya banyak pada ibuku, kau tahu kenapa Kawan? Rupanya aku sudah mulai kepanasan... Waduh, anak petani yang tak tahan panas matahari, rupanya. Bukan maksud aku membenci sinar matahari yang terik menyulut kulit, bukan. Hanya, aku tak begitu jatuh cinta padanya. Rinduku hanya kepada hujan, hihihi...

Pulanglah aku, bersama ibu dan anakku satu-satunya terusir panas yang mulai menjemukan. Warung Soto mungil di pinggir sawah rupanya ikut pula merayuku. Soto, masakan istimewa negeri ini yang memang pas buat lidah aseli daerah yang tak sanggup mampir di restoran mewah.

Rupanya, rupanya... tau tak engkau Kawan? Ku putar kembali memoriku yang telah lama terpendam, mungkin terkubur selama 18 tahun. Iya, 18 tahun lalu aku tak asing dengan wajah itu. Wajah penjual soto yang sedang menggodaku. Ku beranikan diri bertanya pada beliau, “Mas, maaf, apakah nama Anda Siswanto?” Beliau pun menjawab, “Iya, lha ada apa tho, Mas?” “Sepertinya, kita dulu teman waktu SD?” jawabku. “Wah, saya lupa, Mas. Lama saya tidak di rumah,” ekspresi datar tanpa senyum yang sedikit membuatku kecewa.

Maka, di sini aku coba panggil teman-temanku SD yang lain: Eko WahyonoEkow GombangPendi TakusangkaLilik Ristan, “Apa benar, beliau ini Siswanto, teman kita dulu?”

Comments

Popular posts from this blog

Macam-macam Majas

Ringkasan Materi Psikologi Perkembangan

Ilmu di Mata Imam Asy Syafi'i rahimahullah