Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII)
Pengertian Sejarah
1. Secara Bahasa
Disebut juga history
(English), artinya masa lampau; syajarotun (Arab), artinya pohon
dan keturunan; istoria (Yunani), artinya belajar.
2. Secara Istilah
Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang
disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa.
Sejarah adalah rekonstruksi
masa lampau/ kejadian yang terjadi pada masa lampau.
Sejarah adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa/ kejadian yang terjadi pada masa
lampau dalam kehidupan manusia.
Ilmu Sejarah
Adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan
masyarakat, serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan
maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian tersebut.pe
Sejarah Pendidikan Islam
Adalah catatan peristiwa tentang pertumbuhan
dan perkembangan pendidikan Islam sejak lahir hingga sekarang.
Dapat diartikan, satu cabang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
Islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide dan konsep, sejak zaman Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam hingga sekarang.
Metode Pendekatan Sejarah Pendidikan Islam
1.
Metode
Deskriptif
2.
Metode
Komparatif
3.
Metode
Analisis Sintesis
Manfaat Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
1.
Mengetahui
dan memahami pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam sejak zaman lahirnya
(zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) hingga sekarang;
2.
Mengetahui
periodesasi sejarah Islam;
3.
Mengambil
manfaat dari proses pendidikan Islam yang terjadi pada masa lampau;
4.
Dapat
menggunakannya untuk memecahkan masalah/ problematika pendidikan yang terjadi
pada masa kini;
5.
Menumbuhkan
sikap positif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, terutama menyangkut
sistem Pendidikan Islam.
Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
1.
Teori Gujarat
Berpendapat, bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya adalah para pedagang
dari Gujarat (India).
Alasan:
a.
Kurangnya
fakta yang menjelaskan peran bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia;
b.
Hubungan
dagang antara Indonesia dengan India yang telah terjadi lama melalui jalur
dagang: Indonesia-Bombay-Timur Tengah-Eropa;
c.
Batu
nisan Sulthan Samudera Pasai, yaitu Malik Al Saleh tahun 1927 yang bercorak
khas Gujarat.
Pendukung teori ini:
a.
Snouck
Hurgronje;
b.
WF
Stutterheim;
c.
Bernard
H.M. Vlekke.
2.
Teori Mekkah
Berpendapat, bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya adalah para pedagang
dari Arab (Mesir).
Alasan:
a.
Pada
tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab)
dengan pertimbangan, bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di
kanton sejak abad ke-4;
b.
Kerajaan
Samudera Pasai menganut Mazhab Syafi’i yang tersebar di Mesir dan Mekkah,
sedangkan India (Gujarat) bermazhab Hanafi;
c.
Raja-raja
Samudera Pasai menggunakan gelar “Al Malik”, yang berasal dari Mesir.
Pendukung:
a.
Buya
Hamka;
b.
Van
Leur
c.
T.W.
Arnold
3.
Teori Persia
Berpendapat, bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa orang-orang Persia (Iran).
Alasan:
Kesamaan budaya Persia
dan budaya masyarakat indonesia, sepeti:
a.
Peringatan
10 Muharram/ Asyura oleh orang-orang Syiah di Iran dengan Peringatan Tabut di
Sumatera;
b.
Kesamaan
ajaran Sufi Syaikh Siti Jenar dengan Sufi Iran, yaitu Al-Hallaj;
c.
Penggunaan
istilah Bahasa Iran dalam mengeja huruf arab untuk tanda-tanda bunyi harakat;
d.
Ditemukannya
makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik;
e.
Adanya
perkampungan Leren/Leran di Giri, Gresik.
Pendukung:
a.
Umar
Amir Husen;
b.
P.A.
Hussein Jayadiningrat.
Wali Songo
Wali Songo adalah para ahli yang diutus oleh
khalifah di masa Kekhalifahan Turki Utsmani untuk memperbaiki keadaan di
wilayah Nusantara (Jawa) di segala aspek kehidupan; dan diantara mereka aktif
menyebarkan dakwah Islam.
Ada 7 angkatan, masing-masing berjumlah
sembilan orang.
Angkatan I dipimpin oleh Syaikh Maulana
Malik Ibrahim (Turki) pada tahun 1400, seorang ahli politik dan irigasi. Beliau
menjadi peletak dasar pendirian kesulthanan di Jawa dan pengembang pertanian di
Nusantara.
Bersama beliau, ada dua orang ahli dari
Palestina, yaitu Syaikh Maulana Hasanudin (berdakwah di Banten dan merupakan
kakek Sulthan Ageng Tirtayasa) dan Sulthan Aliudin.
Lalu, ada Syaikh Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)
dan Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati); keduanya juga berasal dari
Palestina.
Demikian seterusnya...
Metode dan Pendekatan Walisongo dalam
Berdakwah
Para wali berdakwah dengan memasukkan ajaran
agama Islam ke dalam adat istiadat yang berkembang di masyarakat. Berdasar pada
firman Allah QS. An Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik.”
Diantara jenis pendekatan dakwah yang
digunakan adalah:
1.
Pendekatan Modeling
Dalam menyampaikan
ajaran Islam tidak sekedar memberi tahu hal hal yang bersifat kognitif saja,
tetapi juga dengan memberi contoh/ keteladanan.
2.
Pendekatan Substantif
Adalah model pendekatan
yang dalam pengajarannya tidak mengutamakan materi pokok/ inti pokok
pengajaran, akan tetapi memilih alat yang tepat dalam menyampaikan inti ajaran,
sehingga masyarakat lebih dapat menerima ajaran tersebut.
3.
Tidak Diskriminatif
Sesungguhnya, semua
manusia di hadapa Allah adalah sama, yang membedakan adalah kadar keimanannya.
Sehingga, semua berhak untuk mendapatkan ilmu agama Islam. Wali Songo berdakwah
kepada masyarakat luas dan juga kepada para penguasa.
4.
Understanable and Applicable
Mudah dipahami dan
dilaksanakan. Yaitu, konsep pendidikan yang tidak muluk-muluk dan disampaikan
dengan cara yang sederhana, namun mudah ditangkap oleh masyarakat awam yang
memiliki tingkat kemampuan/ pemahaman yang rendah.
Proses penyampaiannya
tidak hanya melalui ceramah, tetapi juga dengan media lainnya, seperti wayang,
dsb.
5.
Kasih Sayang
Pendidikan yang
mengedepankan aspek moral. Sehingga berdakwah, ibarat mendidik anak kandung
sendiri. Pesan yang disampaikan adalah sayangi, hormati dan jagalah anak
didikmu, hargailah tingkah lakunya, sebagaimana engkau memperlakukan anak
kandungmu sendiri.
Keadaan Pendidikan Islam pada Masa Belanda
Pada
masa Penjajahan Belanda, bidang pendidikan di Indonesia harus berada dalam
pengawasan dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan
tetap dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi mereka adalah berstatus
sebagai pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan dan gaji.
Pendidikan
yang ada ketika itu bercorak keagamaan (Kristen Protestan). Secara umum, sistem
pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Pendidikan Dasar;
2.
Sekolah Latin;
3.
Seminarium Theologicum
(Sekolah Seminari);
4.
Academie der Marine
(Akademi Pelayanan);
5.
Sekolah Cina;
6.
Pendidikan Islam
Untuk
Pendidikan Islam sendiri, pendidikan yang ada saat itu relatif
mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan
mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur
mengurusi dan mengaturnya.
Pada
masa Penjajahan Belanda, Pendidikan Islam disebut juga dengan Bumiputera,
karena yang memasuki Pendidikan Islam seluruhnya orang pribumi Indonesia.
Pendidikan
Islam pada masa Penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu:
1.
Sistem pendidikan peralihan
Hindu Islam;
2.
Sistem pendidikan surau
(langgar);
3.
Sistem pendidikan pesantren.
Pengaruh
Kebijakan Penjajah Belanda terhadap Pendidikan Islam, antara lain:
1.
Politik Etis
Diberlakukan
tahun 1901. Disebut juga Politik Balas Budi, sehingga adanya kebijakan
politik Belanda kepada Indonesia sebagai jajahannya, dengan kata lain politik
ini adalah sistem yang diberlakukan Belanda untuk membangun negara jajahannya.
2.
Ordonansi
(Peraturan Pemerintah) Guru/Sekolah Liar
Sebuah
sistem pembatasan kebebasan mengajar bagi guru-guru sekolah swasta dan
semua sekolah yang tidak dibangun Pemerintah, atau tidak memperoleh subsidi
dari pemerintah, diharuskan minta izin terlebih dahulu, sebelum sekolah itu
didirikan. Pengawasan ordonansi dikeluarkan tanggal 28 Maret 1923
Lembaran Negara no. 136 dan 260.
Keadaan Pendidikan Islam pada Masa Jepang
Sistem pendidikan Belanda yang
selama ini berkembang di Indonesia, semuanya diganti oleh bangsa Jepang sesuai
dengan sisitem pendidikan yang berorientasi kepada kepentingan perang
Karakteristik sistem pendidikan
Jepang adalah:
1. Dihapusnya
“Dualisme Pendidikan”;
2. Berubahnya
tujuan pendidikan;
3. Proses
pembelajaran diganti kegiatan yang tidak ada kaitannya
dengan pendidikan;
4. Pendidikan
dilatih agar mempunyai semangat perang;
5. Pendidikan pada
masa jepang sangat memprihatinkan;
6. Pemakaian
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
Sikap penjajah jepang terhadap
pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan lebih
bebas ketimbang pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini memberikan
kesempatan bagi pendidikan Islam untuk berkembang, diantaranya:
1. Mendirikan
madrasah;
2. Pendidikan
agama di sekolah;
3. Perguruan
tinggi Islam
Jepang selalu mengulang-ulang menyampaikan
maksudnya menghormati dan menghargai Islam. Di depan ulama, Letnan Jendral
Imamura (pejabat militer Jepang tertinggi di Jawa) menyampaikan pidato yang
isinya, bahwa pihak Jepang bertujuan untuk melindungi dan menghormati Islam.
Untuk mendekati umat Islam, mereka
menempuh beberapa kebijakan. Ada satu hal yang melemahkan dari aspek
pendidikan yang diterapkan Jepang, yakni penerapan sistem pendidikan militer.
Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa
memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan harus mampu
menghapal lagu kebangsaan Jepang.
Kondisi ini tidak terlepas dari
target Pemerintah Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak
kader-kader yang akan mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia
Timur Raya yang diimpi-impikan Jepang, serta adanya pemaksaan yang dilakukan
oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan
penghormatan kepada Tenno (Kaisar) yang dipercayai sebagai
keturunan dewa matahari (Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan
kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno,
disebut dengan Seikeirei. PenghormatanSeikerei ini,
biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo).
Keadaan Pendidikan Islam pada Masa Orde Lama
Pendidikan Islam di Indonesia
Setelah Indonesia Merdeka, penyelenggara pendidikan agama
mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun
swasta.
Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan
bantuan terhadap lembaga tersebut sebgaimana yang telah dianjurkan oleh Badan
Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember 1945 menyebutkan,
bahwa madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan sumber
pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam
masyarakat Indonesia umumnya, hendaknya pula mendapatkan perhatian dan bantuan
nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah.
Keadaan pendidikan Islam
dengan segala kebijaksanaan pemerintah pada zaman
Orde Lama. Pada akhir Orde Lama tahun
1965 lahir semacam kesadaran baru bagi ummat Islam, dimana timbulnya
minat yang mendalam terhadap masalah-masalah pendidikan yang
dimaksudkan untuk memperkuat ummat Islam, sehingga sejumlah organisasi Islam
dapat dimantapkan.
Dalam hubungan ini Kementrian Agama telah
mencanangkan rencana-rencana program pendidikan yang akan dilaksanakan dengan
menunjukkan jenis-jenis pendidikan serta pengajaran Islam sebagai berikut :
1.
Pesantren
Indonesia Klasik;
2.
Madrasah
Diniyah;
3.
Madrasah
Swasta;
4.
Madrasah
Ibtidaiyah;
5.
Kursus
tambahan 2 tahun pada MIN;
6.
Pendidikan
Teologi.
Keadaan Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru
Pendidikan Islam pada masa orde baru tentu berbeda
dengan pendidikan Islam pada masa sebelum Indonesia merdeka, masa awal kemerdekaan
Indonesia, dan masa orde lama. Masa orde baru dimulai sejak diberlakukannya Surat
Perintah Sebelas maret atau yang lebih dikenal dengan supersemar tahun 1966 dan
berakhir pada 21 Mei 1998.
Berbeda dengan orde lama yang mengembangkan komunis,
orde baru memberikan kesempatan pada warga negaranya untuk belajar dan
menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru mendapat beberapa
kebijakan dari Pemerintah. Diantaranya pembangunan madrasah yang bersifat
konstruktif dan positif.
Pada awal masa orde baru pembangunan madrasah bersifat
melanjutkan pembangunan pada masa orde lama, tetapi kemudian madrasah menjadi
institusi resmi lembaga pendidikan di bawah naungan Menteri Agama. Pembangunan
madrasah ini memberikan kesempatan pemerataan pendidikan kepada seluruh warga
negara Indonesia.
Masa Orde Baru juga memfasilitasi penyebaran agama
yang dilakukan oleh dai ke daerah terpencil di pelosok Nusantara.
Pemerintah Orde Baru juga mengadakan kebijakan,
seperti:
1.
Mengadakan program MTQ (Musabaqoh Tilawatil
Qur’an);
2.
Mengadakan peringatan Hari Besar Islam yang
berlangsung di Masjid Istiqlal;
3.
Membangun asrama haji sebagai pusat jama’ah
haji yang akan berangkat ke Tanah Suci;
4.
Pemerintah juga membentuk program beasiswa
pasca sarjana, magister, doktor maupun profesor bagi dosen IAIN maupun STAIN
yang akan melanjutkan pendidikannya ke luar negri;
5.
Pemerintah mencetak buku-buku Islam dan
mushaf Al Quran yang kemudian disebarkan ke masjid-masjid di seluruh Nusantara;
6.
Berlakunya penayangan bahasa Arab sebagai
tayangan televisi di TVRI sangat membantu program Pendidikan Islam di Masa Orde
Baru.
Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru
Mengacu kepada Surat Keputusan bersama tiga menteri,
yaitu tiga menteri P&K no.299/u/19884 dengan menteri agama no 45 th 1984
yang mengatur tentang tentang pengaturan pemberlakuan kurikulum sekolah secara
umum dan kurikulum Madrasah.
Secara garis besar isi SKB tersebut mengizinkanlulusan
madrasah untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di sekolah umum.
TAP MPR No. II / TAP/MPR/1983 menyatakan diperlukannya
penyesuaian sistem pendidikan yang sejalan dengan kebutuhan sember daya manusia
dan perkembangan iptek. Untuk itulah perubahan kurikulum sangat diperlukan
sbagai upaya untuk memperbaiki penyelenggaraan pendidikan baik disekolah umum maupun
sekolah madrasah.
Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru diselenggarakan
oleh beberapa institusi pendidikan, diantaranya
1.
Pesantren Klasik
Merupakan sekolah swasta yang memberikan pendidikan Islam
secara pribadi. Pada umumnya pesantren dilengkapi dengan asrama.
2.
Madrasah Diniyah
Merupakan sekolah yang memberikan pendidikan agama
bagi siswanya. Biasanya dilakukan pada sore hari.
3.
Madrasah-madrasah Swasta
Merupakan pesantren yang memberikan pelajaran agama
dan pelajaran umum bagi siswanya.
4.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)
Merupakan sekolah dasar yang memberikan pelajaran umum
dan pelajarn agama.
5.
Pendidikan Teologi
Merupakan pendidikan agama tertinggi di universitas.
Model Pendidikan Muhammadiyah
----- Belum
Selesai ----- Bisa merujuk ke sini
Model Pendidikan Nahdhatuk Ulama
----- Belum
Selesai ----- Bisa merujuk ke sini
Comments
Post a Comment